G O O D T H I N G S C O M E T O G O O D P E O P L E

Ga ada yang gratis di dunia ini.
Semua ada harganya dan semua harus di bayar.
Hanya masalah 'waktu' dan 'cara' pembayarannya saja yang berbeda.

Januari 07, 2011

3 Tahun Dah Bisa Baca? Gimana caranya?

Pertanyaan yang sering diajukan oleh orang-orang yang mendapati anak kami Hakuna Matata bisa membaca dengan lancar saat dia berusia 3th (sekarang 8th) di rumah sodara, toko buku atau di tempat umum lainnya (saat ini adiknya Pixar sudah mulai mau lancar membacanya). Berdasarkan pengalaman, kami selalu menjawab pertanyaan itu dengan serius tapi mereka yang bertanya ternyata tidak serius, tidak betul-betul ingin tahu. Karena setelah kami menjelaskan caranya, mereka kemudian berkata “ah repotnya” atau “ah nanti juga bisa sendirilah” dan lain-lain. Miris rasanya saat kita menjelaskan dengan serius dan semangat tapi ujungnya di respon dengan sebaliknya oleh orang yang bertanya. Bahkan ada yang menunjukan ketidak percayaan bahwa anak kami bisa membaca itu karena hasil usaha kami, orang tuanya sendiri. Sepertinya membuat anak sendiri bisa membaca adalah hal yang tidak mungkin. “ah masa’ bisa sama sendiri, paling juga playgroup”.Hm.....bebas dah mo bilang apa juga.No problemo:)



Padahal anak bisa membaca usia 3 tahunan rasanya sekarang sudah semakin lazim. Sudah buanyak banget buku yang berisikan petunjuk untuk mengajarkan hal tersebut. Ada buanyak metode yang beredar dalam bentuk buku bahkan di seminarkan. Tinggal kita sebagai orang tua, orang yang akan mentransfer metode tersebut yang harus memilih metode mana yang kita praktekkan untuk anak kita. Apakah itu metode Glen Domann, Montesori, Fonetik, Mengeja dan lain sebagainya.Pilih satu dan pelajari dengan seksama caranya. Tapi dari pengalaman aq ternyata inti nya mengajarkan membaca dengan membaca setiap hari apapun metodenya. Buktinya aq cuma menerapkan nge'flash' kartu ke anak-anak qu cuma sekitar satu bulan karena keterbatasan kartu setelah itu aq pakai metode qu sendiri...membacakan apa saja yang bisa dibaca setiap hari.Itu kalo menginginkan anaknya bisa baca di usia dini yah...



Aq kebetulan dipertemukan dengan sodara yang anaknya menerapkan metode Glen Domann. Kebetulan lagi aq sudah mengetahui hal ini jauh hari sebelum menikah (saat kakak qu memiliki anak). Walaupun Kakak qu kurang bersemangat mentransfer metode ini ke anaknya sehingga aq tidak bisa melihat buktinya secara langsung tapi aq tetap menanamkan dalam hati kalo nanti aq punya anak, aq akan mentransfer metode ini untuk anak qu. Karena jika ada anak lain yang bisa membaca di usia 3 th (bahkan anak yang mengalami cidera otak) berarti anak siapapun bisa. Aq menganggap ini sebagai tantangan. Aq suka tantangan!



Saat hamil, selain menjejali diri dengan bacaan tentang keorangtuaan dan pengasuhan bayi, aq pun mulai membuat bahan-bahan yang diperlukan untuk mentransfer metode Glen Domann tersebut. Saat membaca teorinya serasa,tampak,terdengar menjelimet. Tapi percaya deh itu hanya teorinya saja begitu sudah dipraktekkan apalagi dengan penuh suka cita dan cinta ...



Saat memulainya memang terasa sangat aneh, ganjil dan seperti hal yang mustahil karena bayi umur 6 bulan sudah ditunjukkan sebuah kartu bertuliskan satu kata dalam ukuran yang besar dan warna spidol merah tebal. Tapi karena aq menyakini betul bahwa melakukan hal ini bisa membuat anak qu bisa membaca sama seperti saat aq mulai mengajaknya berbicara walau masih dalam kandungan bisa membuat banyak perbedaan dalam hal mengasuh anak maka aq pun tetap melakukannya. Alhamdulillah suami mendukung penuh dan mau bekerjasama dalam mengasuh anak sehingga membuat transfer metode membaca menjadi lebih mudah.



Proses transfer yang benar-benar mirip sesuai teori di buku hanya berjalan paling seminggu;-p. tapi tidak berarti berhenti, proses transfer metode membaca masih terus berjalan dengan masih menggunakan separuh metode GD artinya masih menggunakan kartu baca bikinan sendiri tapi tidak di ‘flash’ semirip teori di bukunya. Apalagi kartu bikinan aq terbatas sehingga baru berjalan berapa bulan sudah tamat (stok kartunya habis). Kartu-kartu lama pun terus dipakai berulang padahal menurut teorinya sebaiknya tidak di lakukan. Tapi aq berkeyakinan bahwa mengajari bayi/anak membaca adalah dengan membaca maka aq punya kesimpulan sendiri bahwa membacakan kata/tulisan apa saja yang penting membaca.



Kenapa dari bayi? Otak manusia itu semakin muda semakin cepat dalam menyerap informasi bahkan di ibaratkan seperti spons. Dan teori mengenai kehebatan otak lainnya bisa di cari di “Revolusi Cara Belajar/The Learning Revolution”. Dan kemampuan otak kita itu tergantung sekali dengan seberapa banyak stimulasi atau rangsangan yang otak kita terima.



Jadi memperkenalkan/flash kartu bertuliskan kata-kata itu seperti kita memperlihatkan ini pohon dan benda-benda baru lainnya. Kita menanamkan dalam memori otak bayi yang masih kosong itu bahwa tulisan tertentu itu adalah sesuatu yang memiliki arti, bahwa bentuk garis tertentu itu adalah sesuatu yang bisa di baca. Sama saat dia melihat meja dan kita katakan itu meja. Berarti sesuatu dengan bentuk seperti itu adalah meja. Beda kalo seandainya bayi yang tidak pernah kita beritahu apapun maka dia pun tidak akan tau tentang apapun jika nanti di tanya. Jadi sebenernya sesederhana itulah cara mengajarkan bayi membaca.



Namun banyak orang membayangkan kata ‘mengajarkan’ bayi membaca itu seperti halnya disebuah sekolah, ada murid yang harus duduk tertib dan harus terpaku mendengarkan guru nya berbicara. Wah tentu itu akan menjadi mimpi buruk untuk orang tua maupun bayi nya kalooo seandainya betul ada yang menerapkan seperti itu. Kunci pertama dari mengajari bayi kita membaca itu adalah memahami betul informasi tentang metode yang kita pilih. cari informasi yang utuh dari sumber yang terpercaya, jangan setengah-setengah. Kunci kedua itu harus yakin. Apapun itu harus berawal dari yaqin dulu. Karena ada beberapa artikel yang memperdebatkan bahwa kepandaian membaca tidak perlu dicapai di usia balita. Pastinya untuk semua hal selalu ada dua sisi, setuju atau tidak, bagus atau tidak dan seterusnya. Sempat kepikiran kalo perbedaaan pendapat itu karena persainagn bisnis semata ;-p.Yah...kan kalo anak 3 tahun jadi trend ntar calistung, playgroup ga laku kali yah...Ups!Tinggal gimana kitanya mau ikut yang mana, menyakini yang mana. Kalo sudah yaqin proses selanjutnya akan jadi mudah.



Proses ‘mengajari’ bayi kami membaca selanjutnya itu sebenernya ada di note aq yang berjudul Bicara, Bicara dan Bicara. Mungkin karena temanya mengajari membaca jadi di ganti dengan Membaca, Membaca dan Membaca. Iya betul! Hanya dengan membacakan tulisan-tulisan yang terlihat di tempat umum, seperti papan iklan, judul toko/kantor, spanduk, tulisan di badan motor/mobil dll. Kalo di rumah tulisan yang terdapat di kotak kemasan makanan/minuman, judul acara di tv yang biasanya bertulisan besar-besar, judul di vcd, tulisan yang ada di barang-barang seperti tv, komputer, hp, dispenser, kulkas dll. Atau memang menyengaja membacakannya satu buku cerita. Aq sarankan buku Thank You Allah dari Mizan. Karena isi bukunya bertuliskan huruf yang cukup besar untuk dilihat anak balita, terpisahnya tulisan dan gambar itu akan memudahkan balita untuk fokus pada membaca. Semua kegiatan ini dilakukan setiap hari sama seperti kita memberi dia makan, memandikannya dan kegiatan yang setiap hari kita lakukan saat mengasuhnya. Jadi tidak ada waktu khusus. Saat sedang membuatkan makanan/minuman dan memerlukan air dari dispenser, kita bacakan merek dispensernya, kalo itu makanan instan kita bacakan dulu tulisan yang ada di kemasan sekaligus menceritakan makanan apa yang akan dia makan. Semakin meningkat umurnya akan semakin tertarik dia untuk membaca (berdasarkan pengalaman). Kalo sedang menonton vcd, sekali-sekali vcd nya di pause dan bacakan teks Indonesia yang tertera di layar (jadi usahakan selalu membeli vcd yang ada teks Indonesia nya). Kalo sedang jalan-jalan di Mal, coba untuk sengaja berhenti di tulisan-tulisan yang ‘eye catching’ atau menarik perhatian dan baca bersama sambil jari kita menunjukan tulisan yang sedang kita baca. Carilah ide kreatip sendiri tulisan dari mana lagi yang bisa dijadikan saran mengajari bayi/balita kita membaca. Pastikan dilakukan dengan senang hati.



Menurut pengalaman aq karena dilakukan dengan senang hati dan setiap hari sehingga bayi /balitanya pun sudah menganggap kegiatan ‘belajar’ membaca itu sama halnya seperti mandi, makan, nonton tv dan kegiatan harian lainnya. Aq dan suami pun tidak merasa sedang mengajari membaca sehingga tidak ada beban target bahwa anak kami harus sudah bisa membaca umur sekian. Tidak ada sama sekali pikiran seperti itu. Kami sudah memasukkan ‘mengajari’ bayi/balita membaca itu kedalam pola asuh kami.



Jadi saat anak kami usia 3th sudah mulai menampakkan hasilnya itu seperti bonus. Sama saat kami mengetahui anak kami bisa berdiri, berjalan, mengenal warna, angka dll. Hanya lebih takjub saja. Apalagi pada saat Hakuna dulu, sepupunya yang mau masuk SD sibuk ikut calistung sementara Haku sudah membaca layaknya orang dewasa. It’s true! Yang harusnya sepupunya yang lebih tua yang membacakan cerita ini malah Haku yang belum sekolah yang membacakan cerita untuk sepupunya.



Hampir semua yang pernah bertanya merasa drop begitu tau bahwa kami melakukannya dari bayi sementara mereka baru bertanya saat anaknya sudah berumur 3 tahun. Mereka termakan iklan yang berharap semua bisa terjadi dalam sekejap. Paling akhirnya ‘ya sudahlah nanti juga bisa sendiri kalo mang sudah waktunya’. Ok. Aq tidak akan berdebat sedikitpun soal keyakinan dan pilihan orang lain. Karena aq pun tidak suka bila keyakinan dan pilihan aq di debat sama orang lain ^____*. Yang mau niru silahkan yang tidak pun silahkan.



2 komentar:

  1. wow aku kagum bun sm semangat n keuletanmu,anakku 10 bln sblm membaca tulisanmu,aku sdh cb praktekkan sdkt2 membaca apa yg ada di sekitar anakku tp utk yg mnggunakan kartu belum dicoba. Mdh2n anakku jg bs cpt membaca d usia 3 thn..I wish...hmm jd tercerahkan,tks a lot bun infonya

    BalasHapus
  2. saama-sama....mimpinya bisa mengetrend kan anak umur 3 th dah bisa baca...hehe....

    BalasHapus

be my guest...