G O O D T H I N G S C O M E T O G O O D P E O P L E

Ga ada yang gratis di dunia ini.
Semua ada harganya dan semua harus di bayar.
Hanya masalah 'waktu' dan 'cara' pembayarannya saja yang berbeda.

Desember 21, 2010

KULIAH DI UNPAD DAN LULUS S-1


KULIAH DI UNPAD DAN LULUS S-1


Mungkin untuk kebanyakan orang hal itu tidaklah terlalu istimewa. Tapi untuk aq berbeda. Pasalnya adalah sejak mengenal mata pelajaran Fisika di SMP, cita-cita qu ingin menjadi Psikolog buyar..byar! Karena untuk bisa masuk ke Fakultas Psikologi ituharus jurusan IPA. Fisika adalah mata pelajaran yang ada di jurusan IPA. Waktu itu aq berpikir ga akan ngabisin waktu ngapalin segambreng rumus ga jelas (menurut aq) yang nantinya ga akan ada manfaat langsung dalam hidup qu. Akhirnya aq banting stir, nyari informasi sekolah lanjutan kejuruan. Setelah mendapat banyak informasi berbagai maam sekolah menengah kejuruan pilihan qu jatuh pada kejuruan pariwisata dengan harapan bisa menyalurkan hobi qu, jalan-jalan.

Panitia penerimaan di SMIP (Sekolah Menengah Industri Pariwisata) tempat aq mendaftar heran saat aq mendaftar. Nem-nya bisa masuk sekolah SMA rada favorit koq milih masuk kejuruan yang sebagian besar Nem-nya kecil. Sampai akhirnya aq lulus dengan nilai termasuk 3 besar satu sekolah. dan dengan tekad bulat mendaftar di Akademi Pariwisata AKTRIPA, lulus tapiii....saat itu seragam harus mengikuti ‘aturan’ artinya aq kalo mau kuliah di situ saat kuliah jilbabnya dilepas. Sama saat aq ditawari bekerja di sebuah biro perjalanan haji dan umroh. Mereka mau mempekerjakan aq asal saat kerja jilbabnya dilepas. Hmm...I don’t think so.

Jadilah aq sempat terlunta-lunta dari pertengahan tahun 1992 sampai awal th 1993. Karena aq tidak punya cadangan apapun saat itu. Jadi benar-benar tidak menginginkan sekolah dimanapun selain yang berhubungan dengan pariwisata, kelanjutan dari sekolah qu sebelumnya. Sampai akhirnya kakak qu dan suami nya yang mencetuskan untuk ikutan UMPTN (namanya kala itu). Aq pikir nih kakak nyaranin bener apa ngelecehin. Lah orangyang asal muasal dari SMA aja lebih banyak ga lulusnya daripada yang lulus. Malah ada yang harus mencoba berkali-kali baru lulus. Belum lagi bapak qu sudah meninggal dunia, apa tidak akan mebebani mama qu nantinya. Kata kakak qu itu karena mereka tidak sadar diri akan kemampuan yang mereka punya. Artinya milih jurusan hanya untuk keren-kerenan saja biar kalau ada yang bertanya milih jurusan apa rada sedikit menaikkan ‘gengsi’ (???). Mereka rada ‘keukeuh’ memprovokasi qu. Bahwa UMPTN itu ada campuran ‘magic’nya. Sampai akhirnya aq pun mulai goyah dan akhirnya mengiyakan. Tapi harus ikut bimbingan belajar.

Mulailah aq ikut bimbel di SSC. So weird!! Serasa mahluk asing aq dikelas bimbel. Semua pelajaran tampak kurang bersahabat karena terlalu banyak hal baru yang membuat qu harus ekstra keras mencernanya. Apalagi matematika. Sampai akhirnya aq memutuskan untuk tidak akan masuk lagi kelas matematika. Aq fokus pada kekuatan aq yaitu di mata pelajaran bahasa Inggris. Sisanya diusahakan semampu qu saja. Selain itu aq ingin bermain ‘magic’ seperti yang dikatakan kakak qu dan juga guru di bimbel. Meminta doa kepada siapa saja, lebih extra lagi beribadah dan bersedekah. Aq jalani sholat tahajud, dan diusahakan berdedekah walau cuma 500 rupiah setiap kali keluar rumah. Meminta doa kepada siapa saja yang aq kenal.

Saat mendaftar, mulai muncul perasaan aneh. Karena pada pilihan sekolah, sekolah kejuruan qu tidak terdaftar. Dan pilihan untuk sekolah atau jurusan yang tidak ada di daftar adalah ‘lain-lain’. Saat antri, ada beberapa kali terjadi obrolan sesama pengantri. Dan pertanyaan standar adalah sekolah dimana? Egh...ini lagi. Malah kebanyakan dari mereka tidak tau kepanjangan dari SMIP! Komentar paling mantab adalah “mang bisa SMIP ikut UMPTN?”. Tapi yang paling membuat pasrah adalah berita di surta pembaca di koran yang isinya protes beberapa anak SMIP lain yang menuntut uang pendaftaran mereka di kembalikan kalau memang mereka tidak diijinkan untuk mengikuti UMPTN. Karena katanya formulir mereka ditolak saat mendaftar.

Saat pengumuman tiba, aq ngeper...jadi aq ngungsi ke rumah teman di Jakarta. Aq ga berani menghadapi pengumuman UMPTN di kota sendiri karena semua orang yang aq kenal pasti akan langsung tau aq lulus apa tidak karena mereka semua aq mintai doa. Hari pengumuman pun aq tidak berusaha mencari tahu. Berlagak seperti orang yang tidak mengikuti UMPTN saja. Padahal rasanya penasaran juga.Besok hari aq menelpon teman, dan dia mengucapkan selamat. Awalnya aq bingung, selamat apa yah? Dia bilang aq pura-pura. Tambah bingung. Habis gitu dia lagi yang tidak percaya kalau aq benar-benar tidak tahu kalau aq lulus UMPTN dan benar-benar tidak sedikitpun melihat pengumumannya. Dan sudah terlambat kalau ingin membeli koran pengumumannya (yaa iyyaa lah).

Tapi aq tidak langsung pulang ke Bandung. Besok hari baru aq pulang ke Bandung dengan rasa yang ajaib. Lulus UMPTN!! Hari ketiganya baru aq ke UNPAD untuk daftar ulang. Perasaan aneh itu semakin terasa. Dan pertanyaan standar untuk membuka percakapan sesama pengantri terjadi lagi. “Koq bisa lulus ya, aq aja ini yang kedua kali baru lulus”. Kata salah seorang pengantri. Kemudian datang ke tempat bimbel untuk memberitahukan kalau aq lulus dan mengambil undangan untuk merayakan kelulusan di suatu tempat. Tapi yang paling paten komentanya adalah dari tetangga qu begitu tau aq lulus “Ah masa’ bisa lulus!”. Auch!! “Mang ngambil jurusan apa?” tanya nya lagi. “Fakultas Fikom jurusan Perpustakaan” jawab aq setengah hati. “Hm pantes” jawab dia.

Mungkin aq mulai kebal dengan pertanyaa itu. Aq menganggapnya sebagai pujian untuk menyenangkan hati;-p

Saat mulai kuliah, barulah aq bisa memahami kenapa ada orang yang bisa mengeluarkan alasan tidak cocok sama jurusan. Tapi tentu saja aq tidak akan mengikuti jejak mereka yang lantas mengambil keputusan untuk hengkang dari kuliah. Aq mulai menanamkan dalam hati aq kuliah hanya untuk ibadah dan memenuhi kewajiban qu sebagai seorang anak untuk menyenangkan orang tua apalagi sudah tinggal mama qu saja. Tambah lagi abang qu sudah meninggalkan ‘jejak’ negatif dalam hal pendidikan. Tidak mungkin aq pun menambah panjang ‘jejak’ itu. Aq pikir ini cara mengisi waktu sampai ada yang mengajak qu menikah...hehehe.

Setelah melewati berapa semester yah, pokoknya kartu mahasiswa qu stikernya sampai angka terakhir. Total waktunya 6 tahun. Eits, itu karena terjadi salah hitung sks, aq pikir sudah cukup ternyata masih kurang 2 sks. Jadinya aq harus mengambil mata kuliah lagi baru bisa mendaftar untuk skripsi. Sidang skripsi pun aq harus mengulang. Sudah gitu hanya dapat nilai C. Karena pada dasarnya niatnya untuk ibadah, nilai-nilai yang sekadarnya tidak jadi beban pikiran qu.

Wisuda!!! Mungkin aq satu-satunya perempuan yang tidak bingung dengan wisuda harus pakai baju apa atau harus ke salon mana. Aq pakai baju yang ada saja dan berdadan biasa saja seperti aq hari-hari hanya pakai lipstik. Foto-foto bersama teman-teman saja yang membuat wisuda istimewa. Selebihnya ceremoni biasa saja buat qu. Tapiii...sampai tulisan ini di ketik, foto-foto wisuda dengan teman-teman hilang entah kemana,hiks:-(

Saking tidak istimewanya lulus kuliah dan meraih gelar S-1 sampai sekarang ijazahnya tidak aq ambil dan skripsinya tidak pernah aq jilid!! Jadi kalau ada yang mencari skripsi qu di perpustakaan, pastinya tidak akan ada.

Menyandang gelar S-1 itu baru terasa agak membanggakan adalah saat mengisi suatu formulir yang ingin mengetahui seberapa tinggi pendidikan yang pernah kita tempuh. Lain dari itu biasa saja.

Bisa lulus S-1 itu menakjubkan karena bagaimana bisa Allah SWT menunjukkan bahwa kuliah di FIKOM UNPAD jurusan Perpustakaan adalah hal yang lebih baik daripada mewujudkan impian qu untuk bekerja di dunia pariwisata. Hanya keyakinan yang 1000% kepada Allah SWT lah bahwa pasti memang inilah yang terbaik untuk qu yang bisa membuat qu bertahan dan menamatkan kuliah qu samapi selesai.

Sekarang kalau ada orang bertanya lulusan mana? UNPAD. Pastinya semua orang tahu dibanding kalau aq menyebut SMIP...hehehe.